Selasa, 02 Oktober 2012

SUTAN SJAHRIR oleh H. Rosihan Anwar



Judul       : SUTAN SJAHRIR
Penulis     : H. Rosihan Anwar
Penerbit    : Buku Kompas
ISBN        : 978-979-709-468-3

SUTAN SJAHRIR
Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan, True Democrat, Fighter for Humanity 1909 – 1966. Oleh H. Rosihan Anwar, Kata Pengantar: Ignas Kleden

Penerbit Buku Kompas
176 halaman

Buku ini diterbitkan dalam rangka mengenang satu abad Bung Sjahrir, rangkaian terakhir dari dua buku sebelumnya yang bertema sama, satu abad Bung Karno dan Bung Hatta, tiga serangkai pendiri bangsa (founding father).  Sebuah biografi dwi bahasa dangan seratus foto yang secara kronologis mewakili rentetan kehidupan dan perjuangan Sutan Sjahrir.

Tertulis Ignas Kladen sebagai penulis kata pengantar, sementara pengantar oleh Jaap Erkelenes sebagai penanggung jawab. Ignas Kladen untuk kata pengantarnya memberi judul SUTAN SJAHRIR: ETOS POLITIK DAN JIWA KLASIK, diambil dari orasi mengenang Sutan Sjahrir di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Sebuah kata pengantar yang memukau, yang membuat pembaca ingin mencoba meresapi jiwa dari pemikiran Bung Sjahrir, Penulis Menggambarkan pandangan politik Bung Sjahrir, menafsirkan apa yang menjadi pemikiran Sutan Sjahrir dari tulisan tulisannya juga menganalisa dari latar belakang pendidikan dan pengaruh sejarah  dunia di zaman pasca perang dunia satu dan era perang dunia dua yang menjadi latar belakang kehidupannya. Visi yang menakjubkan dari seorang Sutan Sjahrir, visi yang melewati jamannya. Yang bahkan sampai kini, bila melihat kehidupan berpolitik ditanah air sekarang, terasa masih jauh dari angan-angan. Sebuah cita-cita yang agung dan mulia sekaligus begitu idealis. 

      Sementara biografi ditulis oleh H. Rosihan Anwar yang bersentuhan secara langsung dengan kehidupan Sutan Sjahrir. Jalan hidup Sutan Sjahrir diuraikan secara dramaturgi dengan premis “Cita-cita yang luhur membawa kepada maut, tapi juga harapan”, seperti plot sebuah lakon tonil dan Sutan Sjahrir sendiri sebagai tokoh protagonisnya, dan biografinya menjadi sebuah pembuktian premis. Tidak murni secara kronologis, penulis beberapakali melakukan flashback secara khas dan tetap menarik.

Kecuali khusus pada masa peralihan pendudukan Jepang ke kemerdekaan Indonesia dimana Sutan Sjahrir sedikit menarik diri untuk tidak terlibat secara langsung, tidak terelakan biografi ini menjadi cerita sejarah bangsa Indonesia sementara kisah hidup Sutan Sjahrir sendiri menjadi terpinggirkan.
Pada akhirnya, saat halaman terakhir selesai dibaca, premis dari penulis menjadi terbukti. Membuat kita termenung, revolusi memang memakan anak anaknya sendiri.

Sutan Sjahrir, demokrat sejati, pejuang kemanusiaan, dan saya tambahkan sendiri, …pendidik bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar