Kamis, 24 September 2015

Rahasia Sukses Ekonomi Cina: Kebangkitan Cina Menggeser Amerika Serikat Sebagai Superpower Ekonomi Dunia oleh James Kynge



                         Judul : Rahasia Sukses Ekonomi Cina: Kebangkitan Cina Menggeser Amerika Serikat Sebagai Superpower Ekonomi Dunia
Judul Asli: China Shakes the World: The Rise of a Hungry Nation
Penulis          : James Kynge
Penerjemah   : M. Rudi Atmoko
Penerbit         : Mizan
ISBN             : 979 433 456 1
***

Hal pertama yang ingin saya katakan tentang buku ini adalah judul edisi bahasa Indonesia dan sampul yang tidak menarik, tag yang menyatakan bahwa buku ini pemenang panghargaan dari Financial Times/Goldman Sachs Business Book of the year 2006  justru menggiring praduga saya bahwa buku ini hanya membahas permasalahan ekonomi yang berat dan membosankan dengan kalimat kalimat yang tidak saya mengerti seperti buku-buku ekonomi yang sering saya hindari. Hampir saya melewatkan membaca buku yang tergeletak tak tersentuh di lobi kantor ini kalau saja buku yang hendak saya baca untuk mengisi waktu kosong selama di laut tidak tertinggal.

Judul asli “Cina yang mengguncang dunia: Kebangkitan bangsa yang lapar” terasa sangat tepat untuk mewakili isi buku ini, lagipula kebangkitan ekonomi Cina sungguh mengguncang tatanan ekonomi dunia dan bukan hanya Amerika Serikat, Sementara Cina-Amerika hanya dikonfrontir secara lebih khusus oleh penulis pada bab terakhir saja.

Latar belakang penulis yang seorang Jurnalis membuat uraian mengalir dengan sederhana, mudah dan menarik rasa keingintahuan, jauh dari dugaan skeptis saya. Dengan kekhasan gaya jurnalis, mengutamakan narasumber, konfirmasi, dan pemberitaan yang berimbang juga meminimalisir istilah dan teori-teori ekonomi.

Sebuah kekuatan besar mengirimkan isyarat kedatangannya dengan cara yang tidak lumrah, ketika di abad 13 harga ikan di Harwich, Inggris naik, sesuatu yang besar tengah terjadi di  Baltik, Mongol menginvasi eropa dan para pelaut harus turut serta menghadapi mereka. Begitupula pada awal 2004, ketika pelan-pelan lalu meningkat dengan akselerasi tinggi tutup-tutup gorong-gorong mulai hilang di jalan-jalan dan trotoar-trotoar di Taiwan, lalu Mongol, Kyrgyztan. Terus melebar mencapai Kuala Lumpur, Chicahgo, Montreal, Skotlandia, Gloucester (hlm. 21)dan mungkin juga di Indonesia tapi hilangnya tutup gorong-gorong bukan sesuatu yang baru dan luarbiasa di indonesia seperti halnya hilangnya pagar-pagar besi pembatas jalan, baut-baut di jembatan Suramadu atau bahkan kabel bawah laut. Apa yang sedang terjadi? Permintaan Cina untuk memenuhi kebutuhan industrinya mendongkrak harga besi tua hingga mencapai rekor tertinggi.  

Perubahan besar dibelahan dunia manapun akan memberikan dampak dan dapat terasa bagi mereka yang peka akan perubahan. Mau tidak mau kita harus bisa menyikapinya. Dengan standar moral dan etika yang jelas berbeda,  Cina membuat gusar dunia dengan pembajakan kekayaan intelektual, perdagangan yang tidak jujur, pemerkosaan sumber daya alam tidak hanya di dalam Cina tapi juga di Negara-negar lain, Myanmar, Afrika tengah, hutan Borealis Siberia, dan tentu saja tidak luput Indonesia. Di Indonesia, kawasan hutan seluas Swiss ditebang secara illegal setiap tahunnya hingga habis. Kayu pohon merbau dari hutan lindung di papua dijadikan sasaran terakhir sindikat penebangan liar, dengan perusahaan-perusahaan penebangan Malaysia, gudang-gudang Singapura, para perantara Hong Kong, dan kapal-kapal timur tengah memastikan  kayu merbau itu tiba di Zhangjiagang dan muara Yangtze setiap minggunya. Cina mengimpor 2,6 juta kubik meter kayu Indonesia  lebih banyak daripada ekspor kayu resmi Indonesia (hlm. 185-186.

Kynge menguraikan bagaimana produk-produk Cina bisa begitu murah, bagaimana perusahaan-perusahaan mapan seperti IBM bisa di akuisisi Cina, bagaimana industri tekstil Prato di Italia yang telah setabil beratus tahun bisa runtuh, manufaktur  berteknologi tinggi di Rockford,  Amerika bisa terguncang dan bagaimana China bisa mengatasi celah teknologi yang telah  gagal dilakukan oleh nyaris semua negara asia lainnya.

Tidak hanya melihat secara global, Kynge mengajak kita menengok Cina secara lebih personal, memperkenalkan pada beberapa individu dari kalangan yang sukses dan dari golongan yang termarginalkan.  Cina yang lapar (dan rakus menurut saya), alih teknologi (dengan mencuri atau membeli), buruh murah, pemalsuan, pengorbanan lingkungan hidup, perkembangan ekonomi,  sungguh mengagumkan sekaligus membuat miris, kita sebagai bangsa, laksana pelanduk yang tengah berjuang bertahan diantara gajah-gajah yang tengah bertarung harus belajar dan benar-benar bijak dalam menyikapinya. Pemerintah harus dengan sungguh menjaga asset nasional, melindungi kaum pekerja dan kelas menengah sebagai tulang punggung perekonomian nasional, karena jika tidak kita hanya akan  tergerus dan dengan mudah dimanfaatkan, dieksploitasi dan berakhir menjadi tambang tua, hutan gundul dan bangsa penuh pengangguran dengan pemerintahan yang korup.