Selasa, 25 November 2014

The Pursuit of Happyness oleh Chris Gardner



Judul : The Pursuit of Happyness (original title The Pursuit of Happyness)
Penulis : Chris Gardner
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Maret 2014
ISBN13 : 9786020302201
Edisi : Bahasa Indonesia
Paperback, 450 halaman


Sungguh kultur dan religi berpengaruh banyak dalam menilai kisah ini, di mata saya buku ini menjadi sebuah biografi penuh penindasan, kekerasan, amarah dan dendam. Bagaimana tidak, berimajinasi dan merancang sebuah usaha pembunuhan untuk ayah tiri diusia belum genap 8 tahun (hal. 58), rencana yang bukan sekedar angan tapi juga berusaha diwujudkannya (hal. 150). Sementara seumur itu saya masih membayangan bergabung dengan Google V. Perjalanan hidup yang penuh dendam, penulis menyimpan amarahnya dengan baik bahkan hingga 40 thn kemudian (hal.116) walau memang Chris Gardner mampu mengkonversi dendamnya menjadi elemen pendorong kesuksesannya, tapi saya berpendapat bahwa dendam bukanlah bahan bakar yang baik untuk motivator sebuah kesuksesan. Belum lagi kebiasaan memberikan komentar sarkastis yang menular dalam keluarga, kebiasaan yang walau dengan disadari keburukannya tetap menjadi sulit dihindari untuk tertular karena lingkungan (Hal. 121)

Satu hal yang bisa menjadi contoh adalah Chris Gardner merupakan seorang yang benar-benar memiliki determinasi, apapun rintangannya, dia sangat fokus pada tujuan, tak pernah gentar untuk keluar dari zona nyaman dan terpuruk. Dan yang tidak kalah menentukan keberhasilannya adalah kemauan dan kemampuan untuk belajar hal baru dengan tekun.

Sepertinya ia ingin dengan jelas memperlihatkan pada pembaca transformasi yang telah dilakukannya, dengan berlama-lama berkisah di masa kecilnya, yang menurut saya membuat buku ini menjadi beralur lamban dan sedikit membosankan. Chris Gardner merasa tumbuh dan berada di tepat yang tidak sesuai dengannya, bagaikan sebuah persegi dalam lubang berbentuk lingkaran. Tapi jalan hidup Gardner menunjukan seberapapun sulitnya rintangan yang tampak menghalangi di jalan hidup ini, dia harus terus maju dan menjalaninya dan rintangan akan terbuka setelah mencoba menempuh setapak itu dan Gardner pun menemukan relung yang paling pas untuknya, menemukan lubang persegi untuk dirinya.

Senin, 24 November 2014

Penemuan Madu oleh Riska Aryati



Judul : Penemuan Madu
Penulis : Riska Aryati
Penerbit : Elex Media Komptindo
ISBN : 979 20 8675 7

Tidak ada keterangan segmentasi buku ini, tapi dari formatnya yang menggunakan box story menyerupai komik, full illustrasi yang sangat sederhana, mungkin buku diperuntukan untuk anak kisaran 5-7 tahun, walau secara materi menurut saya isinya cukup berat, bukan sekedar cerita sederhana mengenai kehidupan lebah tapi hingga mengulas komposisi, kandungan kalori dan hal teknis lain yang menurut saya akan sulit dipahami oleh anak.  Tapi karena ilustrasinya yang sangat sederhana itu justru anak saya yang masih toddler malah suka minta dibacakan buku ini sebelum tidur, walau materinya terpaksa saya ganti menjadi fabel yang sederhana dan menyesuaikan dengan rentetan illustrasinya.

Jadi apapun komentarnya, buku ini tetap layak mendapat apresiasi atas itikad dan usahanya.

Kamis, 20 November 2014

Your job is not your career by Rene Suhardono



Judul : Your job is not your career
Penulis : Rene Suhardono
Penerbit : Literati Book
lSBN : 978 602 87 40
ISBN 13 : 978  602 8740 26 5

Rene meredefinisikan kembali makna "job" dan "career", mencoba membongkar pemahaman umum di masyarakat dari dua kata tersebut dan memberinya arti baru (atau membangkitkan makna sesungguhnya yang lama terpendam) dengan melihat kedalam diri sendiri untuk menemukan jati diri kita sesungguhnya, fitrah setiap pribadi yang unik dan menggunakannya sebagai alat utama untuk meraih kesuksesan tidak hanya dalam dunia profesional melainkan kesuksesan yang hakiki dalam hidup, yaitu tidak lain adalah kebahagiaan.

Sepertinya, empat tahun yang lalu, saya berdiri tertegun di sebuah toko buku saat membaca sampul belakang buku ini, karena perut saya selalu mules setiap telepon berdering, membayangkan tugas berikutnya dari kantor, tepat seperti hendak masuk sumur.

Bukan maksudnya menjadika review ini menjadi curcol tapi kini, saya sudah berpindah tempat kerja, sebuah manuver redjusting down tepatnya, masih jauh dari passion yang sampai saat ini pun masih dalam proses pencarian (pengukuhan keyakinan). Dengan mengorbankan (sebagian) income, dipihak lain work life balance sekarang lebih masuk akal dan manusiawi, beberapa kegelisahanpun telah terjawab. Yang pasti, saya memiliki sumberdaya terpenting untuk menelusuri passion, purpose of life dan value hidup saya, yaitu waktu.