Judul : Annapurna. Kisah Dramatis Ekspedisi Wanita Pertama ke
Himalaya
Penulis :
Arlene Blum
Penerjemah : Lala Herawati Dharma
Penerbit : Qanita (Mizan Grup) (first published
1980)
Judul asli : Annapurna. A Woman's Place
ISBN : 9793269359
Paperback, 592 halaman,
edisi bahasa
Sebelumnya,
perihal ekspedisi pendakian Annapurna ini sudah pernah saya baca lewat buku Michael Useem,
“Pendakian Maut ke Himalaya ”, buku
yang lebih menitikberatkan pembahasannya pada gaya kepemimpinan Arlene
Blum sebagai pemimpin ekspedisi. Sementara buku ini ditulis sendiri oleh Arlene
Blum, tentu sudut pandang akan menjadi jauh berbeda, begitupula detail
ceritanya, walau demikian sepanjang membaca buku ini, saya tidak pernah bisa terlepas dari efek buku
pertama yang saya baca. Setiap keputusan-keputusan kepemimpinan yang diambil
Arlene Blum sepanjang ekspedisi ke Anapurna, mulai dari pemilihan Sherpa, logistik,
cara dia menghadapi pemogokan dan sikap para Sherpa yang sepertinya selalu
berulah, terutama pembentukan tim untuk menuju puncak dan cara dia bernegosiasi
dengan anggota tim lain selalu menjadi perhatian utama saya, terlebih saya
sudah mengetahui hasil dari ekpedisi tersebut berikut kejadian-kejadian
utamanya.
Diluar aspek
kepemimpinan, ada banyak wawasan baru yang saya ketahui lewat buku ini, saya
tidak pernah menyangka sebegitu kompleknya sebuah ekspedisi pendakian gunung
itu. Begitu pula tekhnis pendakian, jika saja buku ini tidak menyertakan
foto-foto di lokasi, hanya dengan membaca saja keterangan yang diberikan, jarak
vertikal yang dilukiskan tidak cukup membuat saya terpana, tetapi setelah
melihat fotonya, manusia yang hanya terlihat sebagai objek titik hitam di
lereng salju yang terjal, barulah saya tersadar, begitu berat medan yang mereka
lalui.
Sejak awal, tujuan utama menaklukan puncak
Annapurna dengan sebuah tim yang keseluruhannya adalah perempuan ini
dilatarbelakangi oleh isu gender,
dimana selalu ada pro kontra akan kemampuan wanita untuk mencapai puncak
tertinggi dalam sebuah ekspedisi pendakian gunung, menganggap fisik dan mental
wanita tidak akan sanggup sejajar dengan pria. Arlene Blum menjawab premis
tersebut dengan sebuah keberhasilan,
mewujudkan tim yang seluruh anggotanya adalah perempuan sekaligus orang Amerika
pertama yang mencapai puncak Annapurna. Peristiwa
ini membuka mata dunia akan kekuatan
wanita yang sesungguhnya, namun
bagi sebagian orang, yang sejak
awal memang sudah memandang
remeh kemampuan wanita, mereka tetap memandang sebelah mata atas usaha ini dan tidak
mampu mengakui kemampian wanita dalam mendaki gunung sebanding dengan pria. Dilihat
dari komentar Arline Blum dan anggota tim lain mengenai ini, sepertinya mereka tidak
mau ambil pusing lagi, bagi mereka puncak-puncak gunung memang memang tidak
akan pernah akan bisa ditaklukan, yang terpenting adalah menaklukan
Annapurna-Annapurna lain dalam kehidupan kita.
” Kau tak akan
pernah menaklukan sebuah gunung. Kau
berdiri di puncaknya selama beberapa detik. Kemudian, tiupan angin
menghilangkan jejak-jejak kakimu” __Annapurna oleh Arlene Blum, lupa halaman
berapa