The Mistress of Spices, Penguasa Rempah-Rempah. Oleh Chitra Banerjee
Divakaruni.
Judul : The
Mistress of Spices
Pengarang : Chitra Banerjee
Divakaruni
Penerbit : PT. Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa : Gita Yuliani K
304 hlmn; 23 cm
Mistress of Spices tidak ada hubungannya dengan
Spices Girls, itu sudah pasti. Kenapa juga saya tulis hal semacam itu? Selain
saya, tidak akan ada yang mengasosiasikan dua hal tersebut. Jadi, kita mulai
saja resensi sembarangnya.
Ini stok lama koleksi buku saya, dibeli waktu jaman
masih perjaka tong-tong sekitar tahun 2003 dulu. Sebelum memasuki bab pertama, penulis mengawali bukunya dengan sebuah pesan
“Peringatan untuk pembaca: rempah-rempah yang
ditulis di dalam buku ini hanya boleh
digunakan di bawah pengawasan ahli yang handal.”
Strategi cantik untuk membangkitkan rasa
penasaran pembaca.
Buku ini berkisah tentang Tilo, seorang wanita India
yang menjadi seorang penguasa rempah, seorang penyembuh dengan daya magis.
Seorang wanita cantik yang mewujud dalam tubuh renta tetapi abadi. Garis merah
cerita adalah kisah cinta sang penguasa rempah dengan seorang warga Amerika
“pribumi”, tapi dalam perjalananya dibumbui dengan sangat menarik oleh
kisah-kisah kehidupan para imigran India di Amerika. Tentang kebudayaan mereka
yang sangat khas dan kental berpadu, atau bertabrakan dengan alam Amerika yang
begitu bebas dan kapitalis. Jiwa-jiwa asia yang mencoba mempertahankan jati
dirinya, saling terikat oleh budaya. Kehidupan setiap individu terhubung dan
terjalin oleh rempah-rempah. Bagian yang bagi saya jauh lebih menarik daripada
kisah roman sang tokoh utama. Hal lain yang menarik dan paling saya suka adalah
konflik yang terjadi pada sang tokoh utama dengan aturan-aturannya sendiri,
dengan nilai-nilai yang dia miliki yang
harus diikuti tetapi terlanggar. Dialog antara sang penguasa rempah dengan para
rempah yang tiap-tiapnya memiliki karakter sendiri selalu menyenangkan untuk
disimak, dialog-dialog yang puitis dan imajimatif.
Halaman 21:
Saat aku memegangnya, rempah itu berbicara padaku . suaranya bagai senja
hari, bagai awal dunia.
“Aku kunyit yang bangkit dari samudra susu ketika
para dewa dan asura mengaduk-aduknya untuk mencari harta alam semesta. Akulah
kunyit yang datang setelah minuman para dewa dan sebelum racun, sehingga aku
berada ditengah keduanya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar