Kamis, 12 Maret 2015

Who Moved My Cheese oleh Spencer Johnson, M.D.



Judul                     : Who Moved My Cheese
Penulis                 : Spencer Johnson, M.D.
Alih Bahasa         : Antonius Eko
Penerbit              : PT Elex Media Komputindo
ISBN                      : 978 602 02 0197 9

Mungkin saya yang termasuk telat membaca buku ini, tapi tidak ada kata terlambat bukan? Buku ini bukan tidak pernah saya lihat sebelumnya, mungkin termasuk buku wajib ada di rak toko buku, menjadi nomer satu international bestseller. Tapi justru yang menggerakan saya membeli buku ini adalah tulisan dari buku Rene Suhardono (Your job is not your career) yang menuntun saya untuk ingin tahu tentang Andy Noya (Kick Andy) yang kemudian memperkenalkan saya pada Rhenald Kasali (Change) dan akhirnya mengajak saya berkenalan dengan dua ekor tikus Sniff dan Scurry juga dua kurcaci Hem dan Haw, tokoh rekaan Spencer Johnson, M.D. dalam bukunya Who Moved My Cheese. Jadi bisa dikatakan saya menelusuri buku dari hilir ke hulu.

Sepertihalnya Jonathan Livingston Seagull-nya Richard Bach atau Ping si katak dari Stuart Avery Gold, kisah para karakter  adalah sebuah metafora dari kehidupan kita, memaksa kita berkaca, apakah kita adalah si tikus Sniff dan Scurry atau kurcaci Hem dan Haw. Selalu ada pro dan kontra untuk setiap buku motivasi,apalagi untuk buku yang sukses,  belumlagi interprestasi yang beragam dari pembaca. Tapi bagi saya pribadi, saya tidak anti perubahan, bahkan mendukung, selalu ada sisi baik dari sebuah perubahan. Saya tidak tanggap, dipenuhi rasa ragu dan takut, tapi tidak resisten. Saya adalah Haw sang kurcaci.

Buku ini membukakan mata, melihat kembali ke dalam diri kita, siapa kita, bagaimana kita menanggapi perubahan, dan mengajak kita untuk merespon perubahan dengan cara yang lebih baik. Untuk tidak takut dengan perubahan, untuk tidak tenggelam dalam kenyamanan, atau ketakutan akan perubahan, untuk segera bertindak, menyingkirkan secure blanket dan keluar dari comfort zone yang memperdaya.
Tapi seperti yang pernah saya tulisdi  ulasan-ulasan buku sebelumnya, untuk sebuah buku motivasi atau selfhelp, dibutuhkan keterbukaan hati dan pikiran untuk menerima sebuah ide untuk kita proses dalam hati dan pikiran kita apakah bisa kita terima dalam kehidupan kita atau tidak. Tapi jika kita penuh syahwasangka, atau skeptik, maka buku-buku ini hanya akan menjadi penghias rak buku kita, tidak lebih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar