Kamis, 03 Juli 2014

The Catcher in the Rye oleh J.D. Salinger



Judul                 : The Catcher in the Rye (sesuai judul asi)
Penulis              : J.D. Salinger
Penerjemah       : Gita Widya Laksmini
Penerbit            : Banana, 2007. Cetakan ke-2
ISBN                : 9799998603
Edisi                  : Bahasa Indonesia
Paperback, 300 hlm.

Buku yang cukup fenomenal menurut saya, bagaimana tidak? Lihat saja  bagaimana review dari laman situs goodreads menggambarkan buku ini, “Mark David Chapman meminta John Lennon menandatangani kopi buku The Catcher in the Rye pada pagi hari sebelum ia menembak mati bekas personel The Beatles itu beberapa jam kemudian. John Hinckley, si penembak Presiden Ronald Reagan, mengaku mendapatkan inspirasi aksinya dari buku ini selain kasmarannya pada Jodie Foster.” Di cover belakangnyapun tidak kalah provokatif, tertulis “Mengapa buku ini disukai para pembunuh?”

Terlepas dari itu semua, walaupun saya memang sudah lebih dari satu kali membacanya, bukan berarti saya memiliki potensi menjadi seorang pembunuh atau sebangsa psycopat. Tahun 2008 saya membeli buku ini, saat pertama membacanya, penilaian saya, isinya tidak lebih hanya umpatan dan makian saja, waktu itu saya tidak bisa benar-benar menangkap isi cerita selain kemarahan dan kefrustrasian Holden Caulfield, yang saya pikir memang sudah umum terjadi seorang bocah tanggung seumuran dia, walau tidak ekstim, sewaktu muda saya juga pernah mengalam masa-masa transisi dan dipenuhi keinginan untuk berontak seperti itu.

Walau pada saat pertamakali membacanya saya tidak terlalu terkesan, toh tetap juga saya membaca ulang buku ini. Di kali kedua (dan seterusnya) inilah saya lebih bisa memahami arah kegelisahan si tokoh cerita, saya juga mulai bisa menikmati komentar-komentarnya yang sarkastis. Holden Caulfield yang impulsif dengan isi kepalanya yang selalu penuh dan bergerak liar itu, setiap momen disekitarnya ditangkap oleh panca indranya dan menjadi stimulus untuknya meresponnya dengan kalimat-kalimat yang kasar, kadang cerdas dan lucu.

Maklum sebagai buku penyandang National Book Award Nominee for Fiction (1952), Teen Read Award Nominee for Best All-Time-Fave (2010), ada begitu  banyak ulasan mengenai buku ini, dari yang menganggapnya hanya sampah sampai yang membahasnya begitu dalam, hingga ada tafsir untuk segala sesuatunya, bukan hanya kemuakan Holden Caulfield pada dunia para dewasa yang penuh kepura-puraan, atau kegelisahannya pada dunia anak-anak yang terancam kemurniannya,  bahkan sampai ke bebek-bebek yang menghilang di danau atau warna topi berburu yang digunakan Holden atau momen dimana dia memunguti piringan hitam Little Shirly Beans-nya yang pecah berkeping. Saya jadi bertanya-tanya, apakah sejauh itu pula J.D. Salinger merancang ceritanya, menyisipkan pesan disetiap kalimatnya, atau semua itu berkembang secara sepontan dari persepsi masing-masing pembaca? Atau mungkin saya tidak mampu menangkap cerita buku ini seutuhnya? Sebagai pembaca edisi terjemahan, lebih sulit untuk merasakan jiwa dari sebuah cerita yang ditiupkan oleh penulis. Saya mahfum kesulitan yang dialami penerjemah dalam mencari padanan kata yang bisa menyajikan rasa sehingga pembaca mampu mengecap rasa yang sama sebagaimana mereka yang membaca edisi aslinya.

Judul The catcher in the rye sendiri berasal saat Houlden salah menangkap sebuah lirik yang semula dipikirnya adalah sebuah lagu anak-anak (bab 16) ternyata setelah diberitahu oleh adik perempuannya Phobe bahwa itu adalah sebuah kutipan dari puisi Robert Burns (bab 22), dia membayangkan dirinya sebagai penangkap di ladang gandum (The catcher in the rye,)menyelamatkan anak-anak yang terjatuh ke jurang. Saya kutip langsung dalam bahasa inggris hasil menjelajah di internet:

“Anyway, I keep picturing all these little kids playing some game in this big field of rye and all. Thousands of little kids, and nobody's around - nobody big, I mean - except me. And I'm standing on the edge of some crazy cliff. What I have to do, I have to catch everybody if they start to go over the cliff - I mean if they're running and they don't look where they're going I have to come out from somewhere and catch them. That's all I do all day. I'd just be the catcher in the rye and all. I know it's crazy, but that's the only thing I'd really like to be.” ― J.D. Salinger, The Catcher in the Rye

Ironisnya, bayangan romantisme Houlden menjadi juru selamat anak-anak diladang gandum sebagai manifesto keinginannya melindungi dunia anak-anak yang murni sangat bertolakbelakang dengan isi dari puisi Robert Burns itu sendiri yang sesungguhnya bermakna mempertanyakan apakah casual sex itu tak apa? disinilah keterbatasan edisi terjemahan sangat terasa, kesalahpahaman Houlden  menjadi lebih membingungkan saat diterjemahkan, ditambah lagi bagi pembaca yang tidak tahu puisi Robert Burns, yang ditulis dengan dialek skotlandia abad 18an pula

The Rye sendiri diinterpretsikan berbeda-beda, ada yangmengartikannya mengacu pada sungai Rye dan bukan ladang gandum, jadi, Jenny (lihat puisi diakhir tulisan) kembali dari sungai Rye (bukan ladang gandum) dalam keadaan basah, padahal dia tidak menyeberangi sungai  melainkan sehabis bercinta dengan seseorang di sana. Nah loh… jadi panjang urusannya, puisinya sendiri butuh pembahasan tersendiri, judulnya perlu pembahasan khusus, belum lagi psikoanalisis dari Houlden, bagaimana dia mengasingkan diri dari lingkungannya yang akan tetapi secara bersamaan haus akan kontak/hubungan dengan orang lain. Kenapa dia mencegah dirinya untuk berinteraksi. Pergulatannya dengan dunia dewasa, sexualitas, moral,  perubahan, dan banyak lagi. Itulah mengapa buku ini begitu banyak menyita perhatian dan dijadikan bahan diskusi sastra atau psikologis remaja.

"Coming thro' the Rye" (1796) by Robert Burns

Coming thro' the rye, poor body,
Coming thro' the rye,
She draiglet a' her petticoatie
Coming thro' the rye.


O, Jenny's a' wat, poor body;
Jenny's seldom dry;
She draiglet a' her petticoatie
Coming thro' the rye.


Gin a body meet a body
Coming thro' the rye,
Gin a body kiss a body

Need a body cry?

Gin a body meet a body
Coming thro' the glen,
Gin a body kiss a body—
Need the warld ken?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar