Judul : The Te of Piglet
Penulis : Benjamin Hoff
Alih bahasa: Kardono
Penerbit : Jendela
Cetakan pertama Mei, 2002
ISBN: 979 95978 59 5
vi+313; 14 x 21 cm
Benjamin
Hoff berbicara tentang kebijakan taoisme dalam berbagai perihal
kehidupan, dalam sistem pendidikan, gerakan feminist, politik, dan
banyak-banyak hal lingkungan. Dengan menggunakan tokoh-tokoh rekaan
karya A. A. Milne dalam cerita Winnie the Pooh, Benjamin Hoff
menjelaskan berbagai karakter manusia. Piglet yang selalu waswas dan
tidak percaya diri dan tidak menyadari potensi yang dimilikinya, Eeyore
yang negatif dan "menularkan" negatifitasnya, Tiger yang antusias dengan
percaya diri yang berlebih dan berkepribadian mengendalikan. Begitupula
kerakter Pooh, Rabbit, dan Owl tak luput diulasnya. Mungkin hanya
Kanga, Roo dan tentunya Christopher Robin yang hanya menjadi pelengkap
dan mendapat sedikit porsi. Beberapa kegelisahan saya muncul dalam buku
ini dan digambarkan dengan tepat oleh Hoff, Sistim pendidikan yang
membebani anak dan memaksa menerima materi dan informasi yang belum
perlu atau layak mereka terima, membuat masa anak-anak menjadi lebih
singkat, digantikan masa remaja yang prematur (hal. 73) dan perkembangan
otak yang tidak seimbang (hal. 74).
Di halaman 83 dan
membaca kutipan Nadezhad Mandelstam "Kebaikan bukanlah sebuah kualitas
inheren-ini harus dipupuk, ..."
Seperti
halnya kebaikan, daya juang, determinasi atau sebaliknya sifat malas
dan santai bukanlah sebuah kualitas inheren, tapi sesuatu yang bisa
tumbuh karena dilatih dan dipupuk, atau juga terkikis bila tidak diasah.
Tidak ada orang yang rajin, malas, tekun, santai atau sifat apapun yang
datang "dari sananya", semuanya adalah hasil dari pembiasaan atau
latihan secara sengaja, positif atau negatif semuanya bertumbuh karena
terpupuk.
Itulah kehidupan, sebuah perjalanan proses
belajar tanpa henti. Beberapa buah pemikiran Benjamin Hoff senada dengan
banyak penulis lain yang mencoba menelaah peristiwa-peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan kita, seperti terlihat pada hal. 180.
"Mungkin
saja hal-hal yang baik adalah semacam ujian, yang sebenarnya jauh lebih
sulit, dan hal-hal yang "buruk" adalah hadiah untuk membantu kita
tumbuh dan berkembang: masalah-masalah yang harus dipecahkan, belajar
mengetahui situasi-situasi yang harus dihindari, kebiasaan-kebiasaan
yang harus diubah, kondisi-kondisi yang harus diterima,
pelajara-pelajaran yang harus dipelajari, hal-hal yang harus
ditransformasikan-semua kesempatan untuk mendapatkan kebijaksanaan,
kebahagiaan, dan kebenaran."
Pernyataan mengingatkan saya dengan yang
dikatakan oleh *Andrew Matthews* dalam bukunya "Follow Your Heart"
bahwa semua yang terjadi dalam hidup ini adalah proses belajar, tidak
satupun melainkan untuk mempersiapkan kita, dan jika sesuatu yang
"buruk" terjadi, maka ada dalam peristiwa itu sesuatu yang harus kita
pelajari, dan apabila hal "buruk itu kembali berulang berarti ada
sesuatu pelajaran yang kita lewatkan atau bahkan kita belum mengambil
pelajaran apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar