Judul : Moby –Dick, Retold from the Herman Melville
original
Penulis : Kathleen Olmstead
Illustrasi : Eric Freeberg
Penerbit : Sterling Publishing Co., Inc.
ISBN : 978-1-4027-6644-2
Penerbit : Sterling Publishing Co., Inc.
ISBN : 978-1-4027-6644-2
Karena belum pernah menemukan terjemahan asli dari “Moby-Dick” karya Herman
Melville, maka pilihanpun jatuh pada buku ini, cerita ulang oleh Kathleen
Olmstead. Dibeli tahun 2012 dan setelah menunggu selama empat tahun di rak,
akhirnya baru dibaca tahun 2016. Walau masih dalam bahasa inggris tapi karena
aslinya ditujukan untuk pembaca belia, mungkin setaraf SD di negerinya, maka
dengan kemampuan bahasa inggris saya yang memprihatinkanpun, saya masih bisa
menikmati alur cerita tanpa harus mengerutkan dahi, frustasi dengan tatabahasa yang jelimet.
Dengan sudut
pandang orang pertama, Ishmael sebagai narrator mengisahkan pengalamannya
sebagai anak buah kapal di sebuah kapal
penangkap paus bernama Pequod
dengan sang kapten kapal, Ahab, yang terobsesi menangkap Moby-Dick, seekor paus
sperma putih raksasa yang pernah merenggut kaki dan membuatnya cacat.
Dengan
kehidupan para pelaut pada masa itu sebagai latar, ambisi kapten Ahab menjadi
benang merah dari kisah ini. Ada pula
tokoh lain disekeliling inti cerita, sayangnya karena buku ini hanya cerita
ulang yang memang dibuat ringan, sepertinya banyak terjadi pemadatan alur, maka
sisi lain dari kisah ini tenggelam dalam cerita utamanya, kedekatan emosi dan
persahabatan antara Ishmael dan Queequeg sepertinya kurang terekspos dengan
baik, begitupun halnya sosok pribadi Sturbuck sebagai sisi yang rasional dan
protagonist hanya menjadi figuran saja.
Sebagaimana umumnya
novel klasik, banyak serpihan kisah yang mengandung hikmah, tentang
kepemimpinan dan ambisi kapten Ahab, loyalitas dan proesionalisme Starbuck,
ataupun persahabatan dan kesetaraan antara Ishmael dan Queequeg.
Karena ada
rentang zaman dan jurang budaya dari masa novel ini ditulis hingga kini,
dibutuhkan kearifan pembaca, terutama bimbingan dari dewasa untuk pambaca
belia. Seperti dalam “Robinson Crusoe”nya Daniel Defoe yang menggambarkan ras
kulit hitam hanya sebagai komoditas dan begitu superiornya kulit putih, buku
ini pun masih mewajarkan perburuan paus, meskipun Herman Melville
menggambarkannya sebagai mahluk buas yang anggun. Ada pertentangan batin
Ishmael walaupun tak berlarut-larut saat melihat mamalia yang terancam punah
ini dibantai.
Layak
direnungkan bagaimana dendam dan obsesi Kapten Ahab yang begitu membutakan.
Bagaimana Pequod berlayar mengarungi
lautan dari Nantucket, Amerika ke pesisir Portugal hingga perairan selatan
Singapura dalam pencarian dan
pengejaranya hanya untuk menyongsong akhir yang tragis.
Wow... Ini buku lama yang sangat berkesan sekali gan dan review yang agan buat ini sungguh sangat bagus dan menarik gan, mampu membuat orang yang melihat artikel ini jadi kepingin membaca buku nya, makasih sudah berbagi gan...
BalasHapusmobile s128
daftar taruhan s128
s128 sabung ayam
download s128 apk
apk s128
daftar taruhan s128 sabung ayam
daftar sabung ayam s128 online
daftar sabung ayam s128 mobile
s128 mobile sabung ayam
agen sabung ayam s128
agen sabung ayam mobile s128
download aplikasi s128 mobile