Judul :
Rahasia Sukses Ekonomi Cina: Kebangkitan Cina Menggeser Amerika Serikat Sebagai
Superpower Ekonomi Dunia
Judul Asli: China Shakes the World: The Rise
of a Hungry Nation
Penulis : James Kynge
Penerjemah : M. Rudi Atmoko
Penerbit : Mizan
ISBN : 979 433 456 1
***
Hal pertama yang ingin saya
katakan tentang buku ini adalah judul edisi bahasa Indonesia dan sampul yang
tidak menarik, tag yang menyatakan bahwa buku ini pemenang panghargaan dari
Financial Times/Goldman Sachs Business Book of the year 2006 justru menggiring praduga saya bahwa buku ini
hanya membahas permasalahan ekonomi yang berat dan membosankan dengan kalimat
kalimat yang tidak saya mengerti seperti buku-buku ekonomi yang sering saya
hindari. Hampir saya melewatkan membaca buku yang tergeletak tak tersentuh di lobi
kantor ini kalau saja buku yang hendak saya baca untuk mengisi waktu kosong
selama di laut tidak tertinggal.
Judul asli “Cina yang
mengguncang dunia: Kebangkitan bangsa yang lapar” terasa sangat tepat untuk
mewakili isi buku ini, lagipula kebangkitan ekonomi Cina sungguh mengguncang
tatanan ekonomi dunia dan bukan hanya Amerika Serikat, Sementara Cina-Amerika
hanya dikonfrontir secara lebih khusus oleh penulis pada bab terakhir saja.
Latar belakang penulis yang
seorang Jurnalis membuat uraian mengalir dengan sederhana, mudah dan menarik
rasa keingintahuan, jauh dari dugaan skeptis saya. Dengan kekhasan gaya
jurnalis, mengutamakan narasumber, konfirmasi, dan pemberitaan yang berimbang
juga meminimalisir istilah dan teori-teori ekonomi.
Sebuah kekuatan besar
mengirimkan isyarat kedatangannya dengan cara yang tidak lumrah, ketika di abad
13 harga ikan di Harwich, Inggris naik, sesuatu yang besar tengah terjadi
di Baltik, Mongol menginvasi eropa dan
para pelaut harus turut serta menghadapi mereka. Begitupula pada awal 2004,
ketika pelan-pelan lalu meningkat dengan akselerasi tinggi tutup-tutup
gorong-gorong mulai hilang di jalan-jalan dan trotoar-trotoar di Taiwan, lalu
Mongol, Kyrgyztan. Terus melebar mencapai Kuala Lumpur, Chicahgo, Montreal,
Skotlandia, Gloucester (hlm. 21)dan mungkin juga di Indonesia tapi hilangnya
tutup gorong-gorong bukan sesuatu yang baru dan luarbiasa di indonesia seperti
halnya hilangnya pagar-pagar besi pembatas jalan, baut-baut di jembatan Suramadu
atau bahkan kabel bawah laut. Apa yang sedang terjadi? Permintaan Cina untuk
memenuhi kebutuhan industrinya mendongkrak harga besi tua hingga mencapai rekor
tertinggi.
Perubahan besar dibelahan dunia
manapun akan memberikan dampak dan dapat terasa bagi mereka yang peka akan
perubahan. Mau tidak mau kita harus bisa menyikapinya. Dengan standar moral dan
etika yang jelas berbeda, Cina membuat
gusar dunia dengan pembajakan kekayaan intelektual, perdagangan yang tidak
jujur, pemerkosaan sumber daya alam tidak hanya di dalam Cina tapi juga di
Negara-negar lain, Myanmar, Afrika tengah, hutan Borealis Siberia, dan tentu
saja tidak luput Indonesia. Di Indonesia, kawasan hutan seluas Swiss ditebang
secara illegal setiap tahunnya hingga habis. Kayu pohon merbau dari hutan
lindung di papua dijadikan sasaran terakhir sindikat penebangan liar, dengan
perusahaan-perusahaan penebangan Malaysia, gudang-gudang Singapura, para
perantara Hong Kong, dan kapal-kapal timur tengah memastikan kayu merbau itu tiba di Zhangjiagang dan
muara Yangtze setiap minggunya. Cina mengimpor 2,6 juta kubik meter kayu
Indonesia lebih banyak daripada ekspor
kayu resmi Indonesia (hlm. 185-186.
Kynge menguraikan bagaimana
produk-produk Cina bisa begitu murah, bagaimana perusahaan-perusahaan mapan
seperti IBM bisa di akuisisi Cina, bagaimana industri tekstil Prato di Italia
yang telah setabil beratus tahun bisa runtuh, manufaktur berteknologi tinggi di Rockford, Amerika bisa terguncang dan bagaimana China
bisa mengatasi celah teknologi yang telah
gagal dilakukan oleh nyaris semua negara asia lainnya.
Tidak hanya melihat secara
global, Kynge mengajak kita menengok Cina secara lebih personal, memperkenalkan
pada beberapa individu dari kalangan yang sukses dan dari golongan yang
termarginalkan. Cina yang lapar (dan
rakus menurut saya), alih teknologi (dengan mencuri atau membeli), buruh murah,
pemalsuan, pengorbanan lingkungan hidup, perkembangan ekonomi, sungguh mengagumkan sekaligus membuat miris, kita
sebagai bangsa, laksana pelanduk yang tengah berjuang bertahan diantara
gajah-gajah yang tengah bertarung harus belajar dan benar-benar bijak dalam
menyikapinya. Pemerintah harus dengan sungguh menjaga asset nasional,
melindungi kaum pekerja dan kelas menengah sebagai tulang punggung perekonomian
nasional, karena jika tidak kita hanya akan
tergerus dan dengan mudah dimanfaatkan, dieksploitasi dan berakhir menjadi
tambang tua, hutan gundul dan bangsa penuh pengangguran dengan pemerintahan
yang korup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar