Judul : Who Moved My Cheese
Penulis : Spencer Johnson, M.D.
Alih Bahasa : Antonius Eko
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
ISBN : 978 602 02 0197 9
Mungkin saya yang termasuk telat
membaca buku ini, tapi tidak ada kata terlambat bukan? Buku ini bukan tidak
pernah saya lihat sebelumnya, mungkin termasuk buku wajib ada di rak toko buku,
menjadi nomer satu international bestseller. Tapi justru yang menggerakan saya
membeli buku ini adalah tulisan dari buku Rene Suhardono (Your job is not your
career) yang menuntun saya untuk ingin tahu tentang Andy Noya (Kick Andy) yang
kemudian memperkenalkan saya pada Rhenald Kasali (Change) dan akhirnya mengajak
saya berkenalan dengan dua ekor tikus Sniff dan Scurry juga dua kurcaci Hem dan
Haw, tokoh rekaan Spencer Johnson, M.D. dalam bukunya Who Moved My Cheese. Jadi
bisa dikatakan saya menelusuri buku dari hilir ke hulu.
Sepertihalnya Jonathan
Livingston Seagull-nya Richard Bach atau Ping si katak dari Stuart Avery Gold,
kisah para karakter adalah sebuah
metafora dari kehidupan kita, memaksa kita berkaca, apakah kita adalah si tikus
Sniff dan Scurry atau kurcaci Hem dan Haw. Selalu ada pro dan kontra untuk
setiap buku motivasi,apalagi untuk buku yang sukses, belumlagi interprestasi yang beragam dari
pembaca. Tapi bagi saya pribadi, saya tidak anti perubahan, bahkan mendukung,
selalu ada sisi baik dari sebuah perubahan. Saya tidak tanggap, dipenuhi rasa
ragu dan takut, tapi tidak resisten. Saya adalah Haw sang kurcaci.
Buku ini membukakan mata,
melihat kembali ke dalam diri kita, siapa kita, bagaimana kita menanggapi
perubahan, dan mengajak kita untuk merespon perubahan dengan cara yang lebih
baik. Untuk tidak takut dengan perubahan, untuk tidak tenggelam dalam
kenyamanan, atau ketakutan akan perubahan, untuk segera bertindak,
menyingkirkan secure blanket dan keluar dari comfort zone yang memperdaya.
Tapi seperti yang pernah saya
tulisdi ulasan-ulasan buku sebelumnya,
untuk sebuah buku motivasi atau selfhelp, dibutuhkan keterbukaan hati dan
pikiran untuk menerima sebuah ide untuk kita proses dalam hati dan pikiran kita
apakah bisa kita terima dalam kehidupan kita atau tidak. Tapi jika kita penuh
syahwasangka, atau skeptik, maka buku-buku ini hanya akan menjadi penghias rak
buku kita, tidak lebih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar