Judul : The Pursuit of Happyness (original title The Pursuit of Happyness)
Penulis : Chris Gardner
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama, Maret
2014
ISBN13 :
9786020302201
Edisi :
Bahasa Indonesia
Paperback,
450 halaman
Sungguh kultur dan religi berpengaruh banyak dalam
menilai kisah ini, di mata saya buku ini menjadi sebuah biografi penuh
penindasan, kekerasan, amarah dan
dendam. Bagaimana tidak, berimajinasi
dan merancang sebuah usaha pembunuhan untuk ayah tiri diusia belum genap 8
tahun (hal. 58), rencana yang bukan sekedar angan tapi
juga berusaha diwujudkannya (hal. 150). Sementara seumur itu saya masih membayangan bergabung dengan Google V. Perjalanan hidup yang penuh dendam, penulis menyimpan amarahnya dengan baik bahkan hingga 40 thn
kemudian (hal.116) walau memang
Chris Gardner mampu mengkonversi dendamnya menjadi elemen pendorong
kesuksesannya, tapi saya berpendapat bahwa dendam bukanlah bahan bakar yang
baik untuk motivator sebuah kesuksesan. Belum lagi kebiasaan memberikan
komentar sarkastis yang menular dalam keluarga, kebiasaan yang walau dengan
disadari keburukannya tetap menjadi sulit dihindari untuk tertular karena lingkungan (Hal. 121)
Satu hal yang bisa menjadi contoh adalah Chris
Gardner merupakan seorang
yang benar-benar memiliki determinasi, apapun rintangannya, dia sangat fokus pada tujuan, tak pernah
gentar untuk keluar dari zona nyaman dan terpuruk. Dan yang tidak kalah
menentukan keberhasilannya adalah kemauan dan kemampuan untuk belajar hal baru
dengan tekun.
Sepertinya ia
ingin dengan jelas memperlihatkan pada pembaca transformasi yang telah
dilakukannya, dengan berlama-lama berkisah di masa kecilnya, yang menurut saya
membuat buku ini menjadi beralur lamban dan sedikit membosankan. Chris Gardner merasa tumbuh dan berada di tepat yang tidak sesuai
dengannya, bagaikan sebuah persegi dalam lubang berbentuk lingkaran. Tapi jalan hidup Gardner menunjukan seberapapun
sulitnya rintangan yang tampak menghalangi di jalan hidup ini, dia harus terus
maju dan menjalaninya dan rintangan akan
terbuka setelah mencoba menempuh
setapak itu dan Gardner pun menemukan relung yang paling pas untuknya,
menemukan lubang persegi untuk
dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar